Senin, 08 November 2010

DASAR-DASAR TEORI LOKASI VON THUNEN

A. DASAR PEMIKIRAN VON THUNEN

J.H Von Thunen adalah seorang ahli dalam ekonomi pertanian yang berasal dari Jerman pada tahun 1826-1850 dan merupakan orang pertama yang membuat model analitik dasar dari hubungan antara pasar, produksi, dan jarak. Teori Von Thunen lebih di kenal sebagai teori lokasi pertanian, ia berpendapat bahwa pertanian merupakan komoditi yang cukup besar di perkotaan. Pertanian merupakan proses pengolahan lahan yang di tanami dengan tanaman tertentu untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pada zaman itu banyak area pertanian yang terletak di wilayah yang tidak strategis. Petani yang berada di lokasi jauh dari pusat pasar atau kota, harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk menjual hasil panennya. Maka dari itulah Von Thunen mengeluarkan teori mengenai lokasi pertanian.

B. TEORI LOKASI VON THUNEN

Von Thunen mengembangkan teori ini berdasarkan pengamatan di daerah tempat tinggalnya, ia menggambarkan bahwa perbedaan ongkos transportasi tiap komoditas pertanian dari tempat produksi ke pasar terdekat mempengaruhi jenis penggunaan tanah yang ada di suatu daerah. Teori ini memperhatikan jarak tempuh antara daerah produksi dan pasar, pola tersebut memasukkan variable keawetan, berat, dan harga dari berbagai komoditas pertanian.

Von Thunen berpendapat bahwa suatu pola produksi pertanian berhubungan dengan pola tata guna lahan di wilayah sekitar pusat pasar atau kota. Berikut ini adalah asumsi-asumsi dari Von Thunen :

* Pusat pasar atau kota harus berada di lokasi paling pusat suatu wilayah yang bersifat homogen secara geografis kota itu sendiri.

* Berbanding lurus antara biaya transportasi dengan jarak.

* Setiap petani yang berada di lokasi sekitar pusat pasar atau kota akan menjual kelebihan hasil pertaniannya ke kota, dan biaya transportasi di tanggung pihak penjual.

* Petani cenderung akan memilih jenis tanaman yang dapat menghasilkan manfaat dan profit maksimal. Jenis tanaman yang di tanam rata-rata mengikuti permintaan pasar.

* Biaya transportasi proporsional terhadap jarak dari kota.

* Produksi pertanian mempunyai skala hasil yang tetap.

Selain itu model Von Thunen mengenai tanah pertanian ini dibuat sebelum era industrialisasi. Dalam uji laboratoriumnya, Von Thunen mengeluarkan 7 asumsinya :

* Isolated stated, terdapat suatu daerah terpencil yang terdiri atas daerah perkotaan dengan daerah pedalamannya dan merupakan satu-satunya daerah pemasok kebutuhan pokok yang merupakan komoditi pertanian.

* Single market, daerah perkotaan tersebut merupakan daerah penjualan kelebihan produksi daerah pedalaman dan tidak menerima penjualan hasil pertanian dari daerah lain.

* Single destination, daerah pedalaman tidak menjual kelebihan produksinya ke daerah lain kecuali ke daerah perkotaan.

* Daerah pedalaman merupakan daerah berciri sama (homogenous) dan cocok untuk tanaman dan peternakan dalam menengah.

* Maximum oriented, daerah pedalaman dihuni oleh petani yang berusaha untuk memperoleh keuntungan maksimum dan mampu untuk menyesuaiakan hasil tanaman dan peternakannya dengan permintaan yang terdapat di daerah perkotaan.

* One moda transportation, satu-satunya angkutan yang terdapat pada waktu itu adalah angkutan darat berupa gerobagk yang dihela oleh kuda.

* Equidistant, biaya angkutan ditanggung oleh petani dan besarnya sebanding dengan jarak yang ditempuh. Petani mengangkut semua hasil dalam bentuk segar.

Dengan asumsi tersebut maka daerah lokasi berbagai jenis pertanian akan berkembang dalam bentuk lingkaran tidak beraturan yang mengelilingi daerah pertanian. Gambar model von Thunen di atas dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama, menampilkan "isolated area" yang terdiri dari dataran yang "teratur", kedua adalah, kondisi yang "telah dimodifikasi" (terdapat sungai yang dapat dilayari). Semua penggunaan tanah pertanian memaksimalkan produktifitasnya masing-masing, dimana dalam kasus ini bergantung pada lokasi dari pasar (pusat kota).

Inti dari teori Von Thunen adalah bahwa sewa suatu lahan akan berbeda-beda nilainya tergantung tata guna lahannya. Lahan yang berada di dekat pusat pasar atau kota tentunya lebih mahal di bandingkan lahan yang jauh dari pusat pasar. Karena jarak yang makin jauh dari pusat pasar, akan meningkatkan biaya transportasi. Semua kegiatan yang selalu perpusat pada kota menjadikan kota memiliki tata guna lahan yang menggiurkan untuk mendapat keuntungan bagi petani, investor, pedagang, dan lain sebagainya. Hal ini terbukti saat ini kota di penuhi pemandangan banyak bermunculan bangunan pertokoan, mall, industri besar, industi kecil, perkantoran, dan pemukiman penduduk. Berbeda dengan desa, infrastruktur yang di miliki desa masih jauh dari skala kota.

Peran kota sebagai pusat kegiatan berbagai sektor mengakibatkan harga lahan di wilayah ini relatif cukup tinggi. Jumlah penduduk di kota yang skalanya lebih besar daripada desa menarik perhatian petani untuk menjual hasil pertaniannya. Mengingat di kota sangat jarang ditemukan lahan pertanian, pasti harga hasil pertanian yang mereka bawa akan bernilai tinggi. Karena semakin langka barang yang disertai makin tingginya permintaan akan mengakibatkan meningkatnya harga barang tersebut. Pelaku produksi juga harus peka terhadap permintaan pasar.

Namun tampaknya teori tata guna lahan Von Thunen tidak dapat sepenuhnya diterapkan saat ini. Di zaman modern seperti sekarang, jasa angkutan telah menjamur dan berlomba-lomba menawarkan harga murah. Masalah biaya angkut dirasa sudah tidak membebani pelaku produksi yang berasal dari daerah desa. Akan tetapi, perbedaan sewa lahan tetap tinggi di wilayah kota.

Tidak ada komentar: